Anakku
Malang Anakku Tersayang
Pada suatu hari disebuah rumah
yang sederhana ada seorang wanita yang sedang melahirkan dibantu oleh dukun
beranak.“Mak, bolehkah saya melihat dan menggendong anak saya?”Pintanya.“Tentu
saja boleh bu,” jawab si dukun.
Demi melihat bayi yang terlahir cacat dengan tidak mempunyai kedua
kaki, dengan perasaan khawatir dan iba, kemudian dukun yang dipanggil Emak
tersebut menyerahkan bayi yang
terbungkus dengan kain kepadanya. Namun kekhawatiran sang dukun beranak itu
segera bertukar menjadi perasaan haru dan kagum demi melihat sang ibu dari bayi
tersebut menangis bahagia tatkala menimang anaknya dan mencium keningnya
sebagai tanda cinta pada anaknya, lalu Ia mengadzankan putrinya, karena sang suami
sudah meninggal dunia.
Sebagai seorang ibu, ia
menjalankan kewajibannya yaitu membesarkan dan menyekolahkan putrinya dengan
penuh kasih sayang, tak pernah terpikir olehnya untuk malu akan keadaan fisik
anaknya. Ia tetap bersyukur terhadap semua yang terjadi di kehidupan putri
semata wayangnya yang di beri nama ‘Siti Aisyah’ yang terlahir kurang sempurna.
Seiring berjalannya waktu, Siti
pun tumbuh menjadi remaja dan tak terasa ia sudah kelas 3 SMA. Siti menjalani
hari-harinya dengan penuh semangat, tak pernah malu akan keadaan fisiknya
walaupun ia sering di ejek oleh kawan-kawannya. Siti hanya bisa bersabar
walaupun terkadang ia sering menangis.
Pada akhirnya, suatu ketika siti
sudah tidak kuat lagi dengan ejekan teman-temannya dan pulang kerumah dengan keadaan
menangis tersedu-sedu lalu menghampiri ibunya dan serta merta memeluk sang ibu
sambil bertanya “Ibu, apakah aku tak layak sekolah seperti teman-teman yang
lainnya? Apakah aku adalah makhluk yang menjijikan seperti apa yang mereka
katakan kepadaku? Jawablah bu, apa benar apa yang mereka katakan? Apa aku
makhluk yang hina sehingga mereka pantas menghinaku?”
Mendengar anaknya memberikan
pertanyaan yang banyak seperti itu membuat hatinya sedih. Sesungguhnya ia tak
kuasa menahan air mata yang akan menetes, namun ia pun berusaha tetap tegar di
hadapan anaknya.
“Tentu saja tidak nak, kamu
adalah putri ibu yang sangat cantik dan sangat ibu sayangi” jawab ibu sambil
mengelus rambut anaknya supaya Siti tidak bersedih lagi.
“ibu bohong, ibu hanya ingin menyenangkan
hatiku saja. Tak ada seorang pun yang mengatakan aku cantik. Hanya ibu, hanya
ibu yang mengatakan aku cantik, itu karena ibu adalah ibuku.” Bantah siti
kepada ibunya. Dan ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya tadi saat disekolah.
“Tadi, temanku yang bernama Rio
mengatakan bahwa aku adalah makhluk yang paling aneh karena berjalan dengan
tangan, bukan dengan kaki.”
Karena tidak kuat lagi menahan
air matanya mendengar anaknya bicara seperti itu, ibu pun memeluk erat anaknya
sambil mengatakan “Nak, biarpun banyak orang yang menghina kamu, ibu tetap
mencintai dan menyayangi Siti lebih dari apapun, ibu akan selalu berada di
dekatmu dan akan selalu menjaga Siti sekuat tenaga ibu. Biarlah mereka yang
mengejekmu, tapi balaslah dengan mengucapkan terima kasih kepada mereka dan doakanlah
supaya diampuni dosanya oleh Gusti Alloh. Tetaplah menjadi Siti yang selalu
tabah, dan tawakal kepada Allah.”
Mendengar ucapan ibunya yang
sangat ia sayangi, Siti pun berkata pada ibunya ”Benar apa yang ibu katakan. Seharusnya
Siti selalu tabah menghadapi teman-teman yang mengejek, aku janji sama ibu aku
tidak akan pernah malu lagi, aku akan bangkit dari kekuranganku bu, Siti akan
terus giat belajar dan akan mewujudkan cita-cita Siti.” Lalu Siti memeluk ibunya
sambil mengucapkan, “Siti akan membahagiakan ibu kelak, terima kasih ibu.
Engkau adalah ibu yang sangat luar biasa, aku menyayangi ibu”.
Setelah peristiwa itu Siti pun
menjadi lebih semangat dan lebih giat dalam belajar untuk membuktikan kepada
teman-teman yang mengejeknya. “Aku harus menjadi orang yang sukses, walaupun
kondisiku cacat aku tidak perduli aku percaya bahwa aku bisa berhasil suatu
hari nanti” katanya dengan sangat optimis. Saat itu juga Siti tidak pernah lagi
mendengarkan ejekan teman-temannya, dia hanya tersenyum jika ada yang
mengejeknya.
Hingga saat Ujian Nasional tiba, Siti
pun selalu belajar dengan giat supaya lulus UN dan tak lupa selalu beribadah
dan meminta doa restu kepada sang Ibunda. “Bu, doakan aku ya supaya aku dapat
mengerjakan soalnya dan lulus mendapat nilai yang terbaik bu” pintanya. Lalu
ibu menjawab “ Doa ibu akan selalu menyertaimu nak, ibu yakin kamu pasti bisa karena
Allah Maha Menyayangi umatnya yang selalu taat kepada-Nya dan Allah akan
membantu umatnya yang sudah berusaha semaksimal mungkin nak” peluk sang Ibu.
Dan pada akhirnya pengumuman
kelulusanpun sudah didepan mata, akhrinya Siti lulus Sekolah Menengah Atas dan
mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. “Selamat nak perjuanganmu tidak
sia-sia, ibu sudah yakin kamu pasti berhasil sayang” ucap ibu sambil mencium
kening siti. “Terima kasih ibu, terima kasih, Siti tidak akan pernah berhasil
jika tak ada ibu. Ini semua berkat perjuangan ibu yang selalu memberiku
semangat serta mendoakanku.”
Nama : Dyah Ayu Lestari
Kelas : 3EB09
NPM : 22211290