Selasa, 27 November 2012

Review1: Abstrak dan Pendahuluan



UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DAN PENINGKATAN PRODUKSI SUSU MELALUI PEMBERDAYAAN KOPERASI SUSU
S. Rusdiana dan Wahyuning K. Sejati

Abstrak
Konsumsi susu nasional Indonesia sampai saat ini belum dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri, sebagai akibat lambannya perkembangan agribisnis sapi perah. Oleh karena itu pengembangan agribisnis sapi perah dipandang perlu dipacu agar produksi susu memenuhi kebutuhan susu nasional. Faktor utama penyebabnya ketidakmampuan produksi susu nasional dalam memenuhi permintaan konsumsi susu nasional adalah karena skala usaha yang kecil, kemampuan produksi susu rendah, harga jual susu yang tidak memadai dan biaya produksi yang relatif tinggi. Hal ini menjadikan pendapatan peternak menjadi rendah. Dalam agribisnis sapi perah, perlu adanya pemberdayaan koperasi untuk meningkatkan skala usaha, meningkatan kemampuan produksi susu dan menekan biaya produksi. Pemberdayaan dilakukan melalui penyediaan sumber bibit sapi perah betina, penyediaan pekan konsentrat yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, maupun bisnis KPS.
Kata kunci : Pemberdayaan, koperasi, agribisnis, susu

PENDAHULUAN
Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga pertumbuhan, kesehatan, dan kecerdasan berpikir. Begitu pentingnya susu, sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membangun suatu bangsa yang cerdas dan sehat, penyediaan susu bagi masyarakat merupakan hal yang mutlak.
               Namun, disisi lain menunjukkan bahwa sebagian besar susu yang tersedia dan beredar di pasaran merupakan produk impor, kontribusi produksi nasional sangat kecil, itupun harus melalui “perjuangan” dari Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) untuk meningkatkan Quota dan harga beli susu segar produksi dalam negeri dari industry pengolah susu (IPS). Ketergantungan akan penerimaan dari IPS menyebabkan pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia relatif lamban. Pada periode tahun 2007 jumlah produksi susu segar nasional adalah 574.683 ton/tahun. Padahal tingkat konsumsi susu per kapita pada tahun yang sama adalah 3,13 kg per tahun (Ditjennak.2009). dengan perhitungan jumlah penduduk Indonesia  par tahun 2007 adalah 224,186 juta, maka permintaan susu oada tahun tersebut adalah 1.511.228 ton/tahun , jauh diatas produksi susu segar nasional. Apabila kondisi tersebut dibiarkan berlangsung tanpa upaya yang serius, maka ketergantungan akan produk impor dapat menguras devisa Negara.
              
Di samping upaya meningkatkan quota  dan harga beli IPS, beberapa alternatif  yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi susu nasional antara lain dengan;
(1)    memicu gerakan minum susu segar ,
(2)    meningkatkan efisiensi usaha ternak sapi perah,dan
(3)    meningkatkan pemberdayaan Koperasi Peternak Susu (KPS).

Fungsi KPS disamping sebagai wadah organisasi yang berhubungan langsung meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah melalui upaya pengembangan agribisnis sapi perah, juga sebagai negosiator dengan IPS.
 Keterkaitan antara Koperasi susu dengan agribisnis sapi perah bukan hanya sebatas pada implementasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan agribisnis, tapi mengelola sarana dan prasarana pengelolaan produk; seperti pengadaan cooling unit, pemasaran, dan transportasi ke IPS , karena sifat komoditas susu yng cepat rusak pada suhu kamar. Begitu eratnya hubungan antara KPS dengan agribisnis sapi perah, sehingga pengembangan agribisnis sapi perah sangat tergantung pada kemampuan koperasi susu untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. Peranan koperasi dalam pemasaran susu sapi perah rakyat sangat besar.
Nama/Npm: Dyah Ayu Lestari
Kelas/Tahun:2EB09/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar