Selasa, 27 November 2012

Review2: Kendala Dan Solusi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah



UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH DAN PENINGKATAN PRODUKSI SUSU MELALUI PEMBERDAYAAN KOPERASI SUSU
S. Rusdiana dan Wahyuning K. Sejati
KENDALA DAN SOLUSI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis sapi perah diantaranya adalah ketidakberdayaan usahanya, karena rendahnya pendapatan. Pendapatan yang mereka peroleh selama ini hanya cukup dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga tidak mampu untuk mengambangkan usaha agribisnis sapi perah. Penelitian yang dilakukan Sugiarti et al. (1999),di Kabupaten Bandung (Pengalengan , Lembang) dan Bogor (Cisarua) menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata agribisnis sapi perah sebesar Rp.633.903 perbulan dengan rataan jumlah pemilikan induk sepanjang tahun tiga ekor. Sementara penelitian yang dilakukan Kusnadi et al. (2004), di daerah Cirebon dengan rataan pemeliharaan dua ekor sapi perah induk, pendapatan rata-rata mencapai Rp.796.580,-/bulan. Rataan pendapatan yang lebih tinggi pada agribisnis sapi perah di daerah Cirebon dibandingkan dengan di Kabupaten Bandung adalah disebabkan harga penjualan susu peternak di Cirebon lebih tinggi dibandingkan dengan di Kabupaten Bandung.
               Pendapatan usaha agribisnis sapi perah yang masih rendah tersebut akibat skala usaha dan kemampuan berproduksi susu yang rendah, harga penjualan susu relatif murah dan biaya produksi tinggi. Penanggulangan terhadap masalah tersebut perlu dilakukan agar peternak bukan saja mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga tetapi juga mampu mengembangkan agribisnis sapi perah mereka . langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah adalah sebagai berikut.
1.      Peningkatan Skala Usaha
Skala usaha agribisnis sapi perah diartikan sebagai jumlah sapi perah induk yang dipelihara, baik yang sedang laktasi (menyusui) maupun yang sedang tidak menyusui (yang dikenal dengan istilah sapi kering kandang). Jumlah induk yang dipelihara dalam usaha agribisnis sapi perah selama ini tergolong skala kecil, dengan skala pemilikan 3-5 ekor, dan kemampuan berproduksi 10-12 liter/ekor/hari (Ditjen Peternakan,1996).
Lokakarya kebijakan pengembangan industry peternakan modern yang diadakan pada tahun 2001 oleh Forum Komunikasi Peternakan Bogor, merekomondasikan bahwa peningkatan skala usaha yang ideal untuk agribisnis sapi perah yaitu minimum 7 ekor induk yang berproduksi susu sepanjang tahun.  Peran Pemerintah sangat diperlukan guna memberikan fasilitas kredit murah. Perlu disadari semua pihak, bahwa penyediaan bahan pangan yang bernila gizi tinggi seperti susu sangat diharapkan masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan pengembangan agribisnis sapi perah yang berdampak terhadap peningkat produksi susu nasional.
2.      Peningkatan Kemampuan Produksi Susu Sapi Perah Induk
Peningkatan skala usaha agribisnis sapi perah tidak akan memberikan dampak ekonomis tanpa disertai peningkataniknya. kemampuan berproduksi sapi perah induk, yang umumnya masih dibawah potensi genetiknya. Kemampuan berproduksi susu dari sapi perah induk dapat dilakukan melalui ;
a.      Memberikan Pakan yang Cukup dan Berkualitas
Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan berproduksi sapi perah. Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pada umumnya hijauan pakan diberikan dalam bentuk limbah petarnian dan rumput lapangan yang kualitasnya rendah. Oleh karena itu, konsentrat yang diberikan harus berkualitas tinggi agar tercapai kemampuan berproduksi susu yang tinggi.
b.      Meningkatkan Frekuensi Pemberian Pakan
Sapi perah induk yang berkemampuan tinggi dalam berproduksi susu, membutuhkan pasokan zat-zat yang relatif lebih banyak. Apabila kualitas pakan rendah, maka jumlah pakan yang harus diberikan harus lebih banyak. Agar jumlah yang relatif banyak  itu mampu dikonsumsi sapi perah, pemberian pakan harus lebih di tingkatkan. Frekuensi pemberian konsentrat harus ditingkattkan minimal 3 kali dalam sehari semalam. Sedangkan frekuensi pemberian hijauan harus dilakukan sesering mungkun dan pemberiaannya dimulai pada sekitar 1,5-2 jam setalah pemberian konsentrat.
c.      Meningkatkan Frekuensi Pemerahan
Pada umumnya frekuensi pemerahan dilakukan 2 kali setiap hari. Namun demikian, pada sapi induk yang memiliki kemampuan tinggi dalam memproduksi susu, frekuensi pemerahan dapat ditingkatkan menjadi 3 kali atau lebih dalam sehari.
d.      Harga Jual Susu di Tingkat Peternakan
Penerimaan utama agribisnis sapi perah adalah dari penjualan susu harian. Besar kecilnya penerimaan ini sangat ditentukan oleh jumlah susu yang diproduksi dan harga penjualan susu tersebut. Jumlah susu yang diproduksi ditentukan pula oleh jumlah sapi perah yang diproduksi. Makin banyak jumlah sapi-sapi perah yang berproduksi dengan kemampuan tinggi, semakin banyak susu yang dapay dijual atau dipasarkan, demikian pula penerimaan yang tinggi akan dapat dicapai apabila harga yang ditawarkan tinggi pula. Harga yang tinggi pada agribisnis sapi peras diartikan sebagai harga yang akan memberi keuntungan pada agribisnis sapi perah. Harga jual susu didasarkan pada biaya produksi. Pada agribisnis sapi perah biaya produksi terbesar adalah pada pakan konsentrat.
e.      Menekan Biaya Produksi
Dalam agribisnis sapi perah, peternak tidak hanya memelihara sapi induk laktasi dan kering kandang, tetapi juga sapi perah yang belum berproduksi. Sapi perah non produktif ini terdiri dari pedet,dara muda ataupun dara dewasa. Sapi perah non produktif dipelihara untuk menggantikan sapi perah induk yang sudah tidak ekonomis lagi untuk dipelihara terus. Dalam pengelolaan, biaya pemeliharaan sapi perah non produktif tersebut menjadi beban dari sapi perah yang sedang berproduksi. Oleh karena itu makin banyak sapi perah non produktif yag dipelihara akan sangat memberatkan sapi perah laktasi yang berdampak terhadap perolehan keuntungan yang semakin kecil.
Nama/Npm: Dyah Ayu Lestari
Kelas/Npm: 2EB09/2012

1 komentar:

  1. makasih ya infonya, kunjungi blogku ya, biar bisa sharing-sharing, ag1992.blogspot.com

    BalasHapus